KEANEKARAGAMAN SATWA LIAR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWASAN SUAKA MARGASATWA NANTU PROVINSI GORONTALO, DI TAMAN HUTAN AQUA LESTARI MINAHASA UTARA, DAN DI LABORATORIUM LAPANGAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN PENDIDIKAN UNHAS
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ekowisata
merupakan konsep operasional dari konsep pembangunan berkelanjutan, yang
merupakan kegiatan konservasi yang dapat menjembatani kepentingan pemerintah
dalam hal konservasi dan kepentingan masyarakat lokal dalam hal pengembangan
ekonomi. Ekowisata adalah perpaduan antara konservasi dan pariwisata dimana
pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan kepada
kawasan untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta
perbaikan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Dalam pelaksanaannya,
kegiatan ekowisata harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan, melibatkan
secara aktif masyarakat lokal dan budayanya, mempromosikan pendidikan
lingkungan, serta memberikan manfaat ekonomi bagi pengelolaan taman nasional
dan masyarakat sekitarnya (Sekatjakrarini, 2004; Ceballos-Lascurain, 1996; Boo,
1990).
Sumberdaya
alam yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai objek ekowisata, salah satunya
adalah satwaliar karena mempunyai peranan yang unik dalam ekosistem (Yoeti
2000, Fandeli 2010, dan Lukman 2004). Menurut Ramdhani (2008) peranan satwa
liar dalam ekosistem antara lain (1) berperan dalam proses ekologi (sebagai
penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem), (2) membantu penyerbukan tanaman,
khususnya tanaman yang mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik,
(3) sebagai predator hama (serangga, tikus, dsb), (4) penyebar/agen bagi
beberapa jenis tumbuhan dalam mendistribusikan bijinya.
1.2.Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah memperoleh informasi tentang keanekaragaman satwa liar untuk
pengembangan ekowisata yang ada pada 3 kawasan berbeda, yaitu Kawasan Suaka
Margasatwa Nantu Provinsi Gorontalo, Kawasan Taman
Hutan Aqua Lestari Minahasa Utara dan Di Laboratorium Lapangan Konservasi
Sumberdaya Hutan Pendidikan UNHAS.
1.3.Manfaat
Manfaat yang diperoleh yaitu dapat mengetahui
informasi tentang keanekaragaman satwa liar untuk pengembangan ekowisata yang
ada pada masing-masing Kawasan.
II. METODE
2.1. Metode yang digunakan untuk Kawasan
Suaka Margasatwa Nantu Provinsi Gorontalo
Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini
meliputi seluruh kawasan SM Nantu. Berdasarkan pertimbangan kawasan yang
demikian luas, maka dilakukan penentuan sampel lokasi penelitian dengan cara
purposive sampling. Sampel lokasi penelitian ditentukan di salt-lick atau
kubangan air panas dimana satwa sering berkumpul untuk makan dan minum serta
bermain. Kubangan air panas sangat disukai oleh satwa karena mengandung mineral
yang sangat dibutuhkan untuk proses metabolisme di dalam tubuh satwa itu
sendiri.
2.2. Metode yang digunakan untuk Kawasan Taman
Hutan Aqua Lestari Minahasa Utara
Pengamatan terhadap jenis satwa dilakukan
dengan dua metode yaitu metode transek untuk mamalia, reptil, dan kupu-kupu.
dan metode IPA (Indices Ponctuels d’Abundance) untuk burung/aves.
2.3. Metode yang digunakan untuk Laboratorium
Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan Unhas
Pengumpulan data dilakukan dengan metode
survei, yakni melakukan pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan
metode line transek (transek garis) dan titik konsentrasi. Transek garis ini
diletakkan pada tiga jalur yang berbeda, yakni bagian kiri, tengah dan kanan
dalam areal penelitian dengan arah Timur-Barat. Masing-masing transek mempunyai
panjang 1.000 m. Titik konsentrasi ditentukan secara sengaja (purposely
sampling) pada pohon-pohon tertentu yang menjadi titik konsentrasi burung
mencari makan.
III. HASIL & PEMBAHASAN
3.1. Jenis-jenis satwa yang ditemukan pada SM
Nantu
No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
1
|
Babi Rusa
|
Babyrousa
babyrussa
|
2
|
Anoa
|
Bubalus
depressicornis
|
3
|
Tarsius
|
Tarsius
spectrum
|
4
|
Rusa
|
Carvus
timorensis
|
5
|
Tupai
|
Prociurillus
murinus
|
6
|
Kuskus Sulawesi
|
Strigocuscus
celebensis
|
7
|
Monyet hitam
Sulawesi
|
Macaca
heckii
|
8
|
Babi Hutan
|
Sus
Celebensis
|
9
|
Burung
|
|
10
|
Musang
|
Viverra
tangalunga
|
11
|
Reptil
|
|
12
|
Serangga
|
Jenis-jenis satwa yang ditemukan yaitu: Babirusa (Babyrousa babyrussa), Anoa (Bubalus depressicornis), Tarsius (Tarsiusspectrum), Kuskus Sulawesi (Strigocuscus celebensis) dan Monyet Hitam Sulawesi (Macaca heckii), Babi Hutan (Sus Celebensis), Rusa (Carvus timorensis), Tupai (Prociurillus murinus), Musang (Viverra tangalunga). Jenis-jenis reptil (ular, baiawak, kadal) Jenis-jenis serangga (kupu-kupu, nyamuk, jangkrik, rayap, lalat, kunang-kunang, capung, belalang, lebah, semut, kumbang, ngengat), Lintah (Hirudo medicinalis), Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Selain itu ditemukan 49 jenis burung dimana 24 jenis diantaranya merupakan endemik Sulawesi.
3.2. Komposisi
fauna Taman Hutan AQUA Lestari
No
|
Kelompok
Satwaliar
|
Jumlah Jenis
|
1.
2.
3.
4.
|
Satwa
Mamalia
Satwa
Burung
Kupu-Kupu
Satwa
Reptil
|
2
36
8
3
|
THAL memiliki potensi fauna yang terdiri atas 2 jenis mamalia, babi hutan (Sus celebensis) dan Tarsius tarsier , 36 jenis burung yang berasal dari famili Columbidae atau bangsa merpati dan dara, Accipitridae, Cuculidae, Nectariniidae, dan Rallidae. 3 jenis reptil diantaranya cicak terbang (Draco spilonotus) dan ular phyton dan 8 jenis kupu-kupu (Lepidoptera) salah satunya adalah Ideopsis vitrea dan Troides helena. Sebanyak 49 jenis fauna yang dijumpai, sembilan diantaranya adalah jenis endemik Sulawesi. Sebanyak 11 jenis fauna termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No, 7 Tahun 1999.
3.3. Hasil
perhitungan indeks ekologi satwa liar di Laboratorium Lapangan Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Hutan Pendidikan UNHAS.
No.
|
Kelompok
Satwaliar
|
Indeks Kekayaan
|
Indeks Kemerataan
|
Indeks Keanekaragaman
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Satwa Mamalia
Satwa Burung
Kupu-Kupu
Satwa Reptil (siang hari)
Satwa Reptil (malam hari)
|
0,70
4,74
5,48
1,66
2,03
|
0,88
0,91
0,90
0,80
0,80
|
0,97
2,87
3,30
1,29
1,57
|
Tabel diatas memperlihatkan bahwa indeks keanekaragaman satwa liar mamalia dan reptil termasuk dalam kategori rendah, sedangkan satwa liar burung dan kupu-kupu, masing-masing termasuk kategori sedang dan tinggi (Soeryanegara, 1996). Karena penelitian ini berlangsung pada puncak musim panas, sehingga ada kesulitan menemui satwa liar reptil. Dengan demikian perlu dilakukan pengamatan pada saat musim hujan, sehingga dapat diketahui karakterisitik satwa liar sepanjang tahun, yang nantinya bermanfaat pada pengunjung yang akan melakukan kegiatan ekowisata.
IV.
KESIMPULAN & SARAN
4.1.
Kesimpulan
Dari hasil
penelitian di tiga kawasan yang berbeda terdapat banyak jenis satwa liar yang ditemukan
disetiap masing-masing kawasan, pada Kawasan Taman Hutan Aqua Lestari Minahasa Utara dan kawasan SM
Nantu didominasi oleh spesies burung, sedangkan pada Laboratorium Lapangan
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan Unhas didominasi
oleh jenis kupu-kupu, dan jenis burung berada diurutan kedua setelah kupu-kupu.
Potensi fauna yang ada di pada 3 kawasan tersebut dapat menjadi salah satu daya
tarik bagi wisatawan, sebagai sumberdaya bagi pengembangan ekowisata berbasis
alam dan edukasi lingkungan. Potensi ini akan dapat berkembang jika diperkuat
dengan sarana serta promosi wisata yang menarik seperti pembuatan paket wisata
dan sebagainya. Pengunjung tidak hanya datang sekedar menikmati udara sejuk
namun juga dapat menikmati keindahan dan belajar mengenai jenis-jenis fauna yang
berada pada 3 kawasan tersebut.
4.2. Saran
Metode yang digunakan dalam penelitian keanekaragaman
satwa liar untuk pengembangan ekowisata maing-masing kawasan menggunakan metode
yang berbeda sehingga data yang didapatkan kurang sinkron apabila hasil dari
ketiga penelitian tersebut digabungkan, di harapkan kedepannya penelitian ini
dapat dilanjutkan atau dikembangkan dengan menggunakan metode yang sama pada
setiap Kawasan yang akan diteliti sehingga hasil & informasi yang diperoleh
lebih sinkron.
NB: Laporan diatas adalah penggabungan dari tiga jurnal tentang keanekaragaman satwa liar untuk pengembangan ekowisata pada kawasan yang berbeda.
Berikut adalah link ketiga jurnal:
1.https://drive.google.com/file/d/1CjBStuyULQuI-8dpeUCt53C_ERY_Ktxu/view?usp=sharing
2.https://drive.google.com/file/d/1g9MWaUewX1ie6QDHo8oUT49qWBML8Qh3/view?usp=sharing
3.https://drive.google.com/file/d/1-CleeFCLh5aC830CYyh6Ed7NAxficvVH/view?usp=sharing
NB: Laporan diatas adalah penggabungan dari tiga jurnal tentang keanekaragaman satwa liar untuk pengembangan ekowisata pada kawasan yang berbeda.
Berikut adalah link ketiga jurnal:
1.https://drive.google.com/file/d/1CjBStuyULQuI-8dpeUCt53C_ERY_Ktxu/view?usp=sharing
2.https://drive.google.com/file/d/1g9MWaUewX1ie6QDHo8oUT49qWBML8Qh3/view?usp=sharing
3.https://drive.google.com/file/d/1-CleeFCLh5aC830CYyh6Ed7NAxficvVH/view?usp=sharing
Tidak ada komentar
Posting Komentar